17 Maret 2010

Candi Hindu Syiwa Muncul di Area Persawahan

BLITAR - Dua patung Dwarapala dan dua arca Lembu Nandi tunggangan Dewa Syiwa serta satu komplek bangunan candi sekitar 1400 m2 dengan bahan dasar bata merah ditemukan di Dusun Bakulan, Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar.

Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Mojokerto telah melakukan penggalian termasuk melokalisir area dengan memasang benang serta mengelilinginya dengan pagar bambu.

Komplek Candi Hindu Syiwa yang berada di pekarangan milik almarhum Sunarto warga setempat itu, ditenggarai hingga seluas satu hektare. Bahkan, kebesaran dan kemegahan bangunan candi tidak tertutup kemungkinan melebihi Candi Penataran di Kecamatan Nglegok.

“Hal itu dilihat dari bagian kaki candi yang sampai saat ini belum sampai dasar,” ujar Kabid, 57 warga setempat yang dipercaya BP3 sebagai penjaga candi kepada Seputar Indonesia Rabu (17/3/2010).

Oleh BP3 dan masyarakat setempat, situs candi yang belum tergali seluruhnya ini diberi nama Tapan. Nama tersebut mengacu dari kebiasaan sebagian besar masyarakat yang kerap mengkultuskan lokasi candi sebagai tempat pertapaan atau pemujaan.

Sebelum tergali, lokasi yang berada di tengah sawah dan jauh dari pemukiman penduduk ini berupa gundukan tanah liat yang merupakan pekarangan dengan pohon buah-buahan. Dari pantauan SI, saat ini fisik candi tampak berada di kedalaman 6 meter dari permukaan tanah. Namun kendati demikian pondasi dasar bangunan belum diketahui.

Selain bangunan berundak-undak yang seluruhnya bata merah ukuran besar, tak jauh dari lokasi terdapat Yoni (pasangan Lingga) dari bahan batu kali yang sudah tidak sempurna bentuknya. Arca dwarapala dan lembu andini sendiri berada sekitar 50 meter dari komplek candi.

Informasi yang dihimpun SI, penemuan candi ini sebenarnya berlangsung sekitar satu bulan lalu. Oleh sejumlah warga yang memiliki kepentingan menjadikanya sebagai tempat pertapaan (menyepi) sengaja dirahasiakan.

Beberapa warga memutuskan melapor ke BP3 setelah ada sejumlah orang dari Kabupaten Jember yang tiba-tiba melakukan penggalian. Dalam penggalian yang telah mendapat izin si empunya tanah itu, warga Jember yang bernama Slamet itu, menemukan ratusan bongkahan bata merah besar. Eksplorasi tersebut berhenti dengan sendirinya setelah tim BP3 turun ke lapangan. “Dulu juga ada benda seperti kuali kuno dari batu. Tapi sekarang saya tidak melihatnya lagi,” papar Kabid.

Arkeolog BP3 Trowulan Danang Waluyo Utomo mengaku belum bisa mengidentifikasi kurun waktu dan pada masa kerajaan apa candi dibangun. Sebab sejauh ini petugas belum menemukan symbol atau tulisan yang menunjukkan angka tahun.

Namun, mengingat ditemukanya arca Nandi atau lembu Andini, candi yang menghadap ke arah barat tersebut diperkirakan tempat pemujaan umat Hindu Syiwa. Yang baru bisa kita pastikan ini merupakan candi Hindu. Saat ini kita masih akan terus melakukan penelitian. Kita belum tahu candi ini dibuat pada masa kerajaaan apa, ujarnya.

Adanya candi Tapan ini sendiri, menurut Danang sudah didengar BP3 sejak tahun 1995. Namun penggalian baru dilakukan saat ini setelah mendapat laporan adanya penggalian liar yang mengancam keberadaan candi. “Karenanya saat ini kita tempatkan penjaga untuk mengamankan,” pungkasnya.
(Solichan Arif/Koran SI/fit)

15 Maret 2010

Biji Nangka Antarkan Pelajar Aceh ke Belanda

Karya pembuatan edibel film dari pati biji buah nangka, mengantarkan dua pelajar SMA Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School Banda Aceh, mewakili Indonesia ke Olimpiade Science Internasional (INESPO) di Amsterdam, Belanda pada 3-7 Juni 2010.

"Pembuatan edibel film dari pati biji buah nangka menjadikan Cut Savira dan Aisyah Minzikrina Masbar meraih dua medali emas (bidang kimia) Olimpiade proyek penelitian sains (ISPO) 2010," kata Sri Iswatiningsih di Banda Aceh, Senin.

Guru pembimbing Fatih Bilingual School Banda Aceh itu menambahkan pembuatan edibel film biji buah nangka sebagai pengemas makanan yang bisa dimakan dan ramah lingkungan.

"Selama ini, biji buah nangka hanya dimanfaatkan oleh sebagian orang yang suka, dan sebagian besar terbuang. Jadi, temuan karya dua siswi SMA Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School nantinya bisa juga memberi manfaat besar bagi masyarakat," katanya.

Manfaat lain dari pemanfaatan edibel film dari biji buah nangka yakni memberi nilai ekonomis bagi masyarakat, termasuk lingkungan hidup.

"Artinya secara ekonomis, biji buah nangka yang selama ini terbuang maka akan berharga. Dan pengemas makanan tidak lagi mengandalkan plastik yang setelah digunakan pasti akan terbuang. Jadi kami ingin memperkenalkan produk pengemas makanan ramah lingkungan," kata dia menjelaskan.

Edibel film biji buah nangka itu dicampur bahan baku sorbitor (bahan pelarut) dan minyak kelapa sawit, kemudian diracik menjadi pengemas makanan yang bisa dimakan.

Produk kimia berjudul "Pembuatan edibel film dari pati biji nangka" sebagai pengemas makanan ramah lingkungan, yang mengantarkan dua siswi Aceh meraih medali emas pada ISPO 2010 itu bekerja sama SMA Teuku Nyak Arief Fatih Bilingual School dengan Fakultas Mipa Unsyiah Banda Aceh.

"Itu juga kerja sama kami dengan fakultas Mipa Unsyiah dengan dosen pembimbing Siti Saleha," tambah Sri Iswatiningsih.

Pada ISPO 2010, pelajar SMA Fatih Bilingual School putra juga meraih medali perunggu di bidang lingkungan atas nama T Muhammad Farhan dan Amalul Auni, dengan proyek berjudul tanaman kangkung menjadi biofilter logam berat.

Prestasi perolehan medali emas ISPO 2010 yang diraih pelajar SMA Fatih Bilingual School tersebut merupakan kejutan bagi dunia pendidikan di Aceh, karena sekolah tersebut baru setahun berperasi.

SMA Nyak Arif Fatih Bilingual School yang khusus untuk putri itu mulai dibuka pada tahun ajaran 2009 dan para siswinya baru kelas satu.

Selain tingkat SMA, Fatih Blingual School juga menerima siswa tingkat SMP dan SD. Untuk SMA mereka tinggal di asrama.

Sulaman Indonesia Tarik Perhatian Masyarakat Jerman

Sulaman Indonesia menarik wisatawan Jerman yang datang ke Paviliun Indonesia di pameran pariwisata, Minggu, dengan ditampilkannya demonstrasi menyulam oleh Ny Salfrida N Ramadhan KH, mantan diplomat yang memiliki kelompok pengemar sulaman Indonesia.

Ketua Yayasan Sulam Indonesia Ny Triesna Wacik kepada koresponden Antara London, mengatakan bahwa ia ingin memperkenalkan sulaman Indonesia ke tingkat internasional dengan menampilkan demo menyulam di pameran pariwisata ITB Berlin yang berlangsung sejak 10 Maret yang berakhir Minggu .

Istri Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik itu menyebutkan sulaman Indonesia sangat kaya dan ini dapat menjadi salah satu menjadi obyek bagi wisatawan yang paling tidak menjadi cendera mata yang bisa dibawa ke negaranya menjadi kenang kenangan.

Diakuinya sulaman Indonesia begitu banyak variasi dan juga pengrajin yang tersebar di seluruh Indonesia di berbagai sentra sentra di daerah dengan cirinya masing- masing.

Sulaman Indonesia tidak kalah indahnya ketimbang Batik atau kain tenun lainnya, ujar Ny Triesna Wacik.

Untuk itu, ia ingin juga sulaman dapat dikenal oleh dunia luar seperti halnya batik yang sudah diakui oleh UNESCO.

Menurut Ny Triesna ,selama ini permasalahan yang dihadapi para pengrajin sulaman adalah dalam pemasaran dan pengembangannya .

Untuk itu ,dibutuhkan suatu wadah berupa yayasan yang akan dapat membantu pengrajin terutama dalam pemasaran produknya selain mendesainnya sesuai dengan selera pasar tanpa meninggalkan ciri dari daerahnya masing masing.

Selain itu , Yayasan juga membantu dalam hal pemodalan dengan mencarikan orang tua asuh dari berbagai perusahaan besar.(ZG/R009)