25 Agustus 2010

Siswa Indonesia Raih Empat Emas di Olimpiade Fisika

Lima siswa SMA Indonesia yang meraih empat medali emas dan satu perak dalam Olimpiade Fisika Internasional 2010 mengatakan latihan intensif membantu mereka mendapatkan rekor tertinggi prestasi Indonesia sejak 2006. Lomba tersebut diikuti oleh 376 siswa dari 16 negara.

"Kami latihan soal dari Senin sampai Jumat dan hari Sabtu dan Minggu eksperimen dan begitu menjelang Olimpiade kami selalu latihan eksperimen," kata Muhammad Sohibul Maromi, salah seorang siswa yang mendapatkan medali emas dari SMAN 1 Pamekasan, Madura.

Sohibul, bersama Christian George Emor dari SMA Lokon St. Nikolaus, Tomohon, Sulawesi Utara, Kevin Soedyatmiko dari SMAN 12 Jakarta dan David Giovanni dari SMAK Penabur Gading, Serpong, meraih medali emas.

Sementara itu Ahmad Ataka Awwalur Rizqi dari SMAN 3 Yogyakarta mendapatkan perak dalam Olimpiade Fisika Internasional yang digelar di Zagreb, Kroatia, akhir Juli lalu.

Lima siswa SMA Indonesia ini dikirim melalui tim Olimpiade Fisika Indonesia, atau TOFI, setelah melalui training intensif selama delapan bulan. Koordinator TOFI, Hendra Kwee, mengatakan prestasi yang diraih para siswa tahun ini dengan empat emas merupakan yang tertinggi sejak 2006.

"Dari 376 siswa, ada sekitar 35 anak yang mendapat medali emas. Lomba terdiri dari dua bagian, teori 60an eksperimen 40Dari tiga puluh lima anak yang mendapat emas, empat dari Indonesia dan yang terbanyak lainnya dengan lima emas dari Cina, Taiwan dan Thailand," ujarnya, seperti dikutip "BBC".

Sumber : Pikiran Rakyat, 03/08/2010

23 Agustus 2010

Hebat, Indonesia Raih Prestasi Lagi!

Tim Olimpiade Komputer Indonesia (TOKI) berhasil meraih dua medali perak dan satu perunggu di ajang International Olympiad in Informatics (Olimpiade Informatika Internasional) ke-22 yang berlangsung 14-21 Agustus 2010 di Waterloo, Kanada. Tim tiba di Jakarta, Minggu (22/8/2010) malam.

Di antara negara-negara maju yang sudah sangat melek teknologi itu, prestasi anak-anak ternyata masih diperhitungkan.
-- Suharlan

Tim Indonesia yang beranggotakan Alham Fikri Aji (SMA Negeri 1, Depok), Ashar Fuadi (SMA Negeri 1, Bogor), Christianto Handojo (SMA Kanisius, Jakarta), dan Harta Wijaya (SMA St Thomas, Medan) itu adalah empat siswa terbaik Indonesia. Mereka sukses membawa nama Indonesia dapat bersinar di antara 85 tim dari negara lain yang rata-rata berasal dari negara maju.
Kasi Bakat dan Prestasi Siswa-Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional, Suharlan, kepada Kompas.com di Jakarta, Senin (23/8/2010), mengatakan gembira atas pencapaian tersebut.
"Di antara negara-negara maju yang sudah sangat melek teknologi itu, prestasi anak-anak kita ternyata masih diperhitungkan dan mampu berbicara bahwa kita memang mampu," ujar Suharlan.

sumber kompas.com

Indonesia Pembawa Aspirasi Asia

INGGRIS kini memiliki pemerintahan baru di bawah koalisi Partai Konservatif dan Partai Liberal Demokrat. Pemerintahan koalisi ini adalah pertama kali dalam 60 tahun terakhir. Penguasa baru negeri itu bertekad meningkatkan hubungan lebih erat dengan negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
“Pemerintah saat ini merasa dalam beberapa tahun terakhir Inggris lebih terfokus pada Eropa dan Amerika, dan kurang memberi fokus pada Asia - termasuk Asia Tenggara,” ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Martin Hatfull, saat berkunjung ke redaksi VIVAnews di Jakarta, Selasa 3 Agustus 2010.
Padahal, dia menambahkan, sejumlah negara di kawasan ini punya pengaruh besar baik ekonomi, dan politik. “Indonesia adalah salah satunya,” ujarnya.
Diplomat kelahiran 7 Juni 1957 itu juga memaparkan langkah Inggris dalam merekatkan hubungannya dengan Indonesia. Salah satunya, membantu Indonesia memperbaiki infrastruktur untuk menambah daya tarik para investor asing, termasuk para pengusaha dari Inggris.
Bagi Hatfull, Indonesia adalah tugas pertamanya sebagai Duta Besar Inggris, dan dia sudah menjalaninya selama dua tahun. Sebelumnya, ayah dua anak ini menjadi pejabat senior Kedutaan Besar Inggris di Jepang, dan pernah pula bertugas di Brussels, Belgia.
Selama sekitar satu jam, Hatfull tak saja membincangkan isu bilateral, tapi juga meladeni sejumlah pertanyaan pembaca VIVAnews dari laman jejaring sosial Twitter dan Facebook. Beragam pertanyaan muncul, dari badai matahari, program bea siswa, hingga klub sepak bola Inggris. Berikut petikan wawancara dengan Hatfull.
Inggris kini memiliki pemerintahan baru, koalisi Partai Konservatif dan Partai Liberal Demokrat. Apakah akan ada perubahan kebijakan luar negeri bagi Indonesia?
Pemerintahan koalisi kami menegaskan di level internasional Inggris berkeinginan memperkuat hubungan dengan negara-negara yang, kami anggap, sebagai kekuatan baru, dan itu termasuk Indonesia.
Pemerintah saat ini merasa bahwa dalam beberapa tahun terakhir Inggris lebih terfokus pada Eropa dan Amerika dan kurang memberi fokus pada Asia - termasuk Asia Tenggara. Padahal ada sejumlah negara di kawasan ini yang memiliki pengaruh ekonomi dan politik yang kian bertambah. Dan Indonesia adalah salah satunya.
Jadi kini ada keinginan yang kian kuat untuk melibatkan Indonesia sebagai mitra di banyak sektor. Salah satunya adalah hubungan ekonomi.
Kami telah melihat potensi ekonomi yang besar dari Indonesia, baik pasar, jumlah populasi, pertumbuhan ekonomi, dan prospek lain. Negeri Anda adalah salah satu ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Inggris selama ini mengandalkan ekspor, yang punya pengaruh 70 persen dari pertumbuhan ekonominya. Itulah sebabnya, kami perlu memperluas pasar, dan berharap bisa melakukan banyak hal di Indonesia.

Bagaimana Anda melihat pengaruh Indonesia di G-20 yang, seperti Anda tahu, juga melibatkan banyak negara dengan ekonomi dan politik lebih besar seperti Inggris, Amerika Serikat dan lainnya?
Setiap anggota, termasuk Indonesia, punya peran penting dalam G-20. Di forum, peran setiap anggota tidak semata-mata dilihat dari kapabilitas ekonomi. Semua anggota punya bobot suara dan peran yang sama. Walau kemampuan ekonominya relatif lebih rendah dari anggota lain, Indonesia tetap dianggap penting.
Kami memandang Indonesia membawa aspirasi dari kawasan Asia, terutama Asia Tenggara. Meskipun forum ini juga mengundang negara yang tengah menjabat sebagai ketua ASEAN. Indonesia selama ini melontarkan pandangan yang kuat, dan kami pun menanggapinya secara serius.
Bagaimana Inggris ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu target pasar utama?
Kami ingin menggalakkan perdagangan dan investasi dengan Indonesia sekaligus juga berupaya mengundang lebih banyak investor di sini untuk berbisnis di negara kami. Bagi Inggris, salah satu cara mengatasi masalah ekonomi adalah justru melakukan ekspansi pasar. Maka pemerintah membantu membuka jalan bagi perusahaan-perusahaan Inggris di luar negeri untuk mengembangkan usaha mereka.
Kendala yang sering dikeluhkan para investor maupun pebisnis asing adalah kurangnya fasilitas dan infrastruktur yang layak di Indonesia. Apakah keluhan sama kerap dilontarkan para pengusaha Inggris?
Inggris memahami penyediaan infrastruktur yang layak adalah salah satu kendala bagi Indonesia mengundang lebih banyak pengusaha dan investor. Itu sebabnya kami mengajak perusahaan-perusahaan Inggris urut mendukung Indonesia dalam pembangunan infrastruktur yang memadai.
Salah satu yang kami pikirkan saat ini adalah pelabuhan. Kami harap jasa pelabuhan tidak terkonsentrasi di Pulau Jawa, namun juga tempat lain seperti Sumatra dan Kalimantan.
Selain itu, listrik adalah infrastruktur yang harus terus diperbaiki. Indonesia saat ini masih perlu lebih banyak ketersediaan listrik.
Banyak pihak di Indonesia berharap Kedutaan Besar Inggris tidak saja meningkatkan kerjasama di bidang ekonomi, perdagangan, dan politik, tapi juga memfasilitasi hubungan antar warga kedua negara. Bagaimana Anda menyikapinya?
Hubungan antar warga memang kian penting bagi kedua negara.
Bagi saya, pendidikan merupakan elemen penting dalam menjalin hubungan antar warga. Itu sebabnya saya menyambut hasil dari program beasiswa Chevening, yang didukung pemerintah Inggris, kepada pelajar-pelajar Indonesia. Para alumni Chevening, dari kegiatan studi yang telah mereka tempuh, bisa memberi perspektif baik mengenai Inggris kepada publik di Indonesia dan juga sebaliknya.
Selain itu, kami juga tengah merintis program kerjasama antara lembaga-lembaga pendidikan di Inggris dengan Indonesia. Lembaga The British Council pun memiliki sejumlah program mempererat hubungan antar warga. Jadi, pemerintah bertugas membuka jalan, tapi saya berharap hubungan antar warga bisa dikembangkan secara spontan oleh publik.
Inggris turut terkena resesi keuangan global. PM David Cameron kabarnya akan mengetatkan anggaran. Selain itu, perusahaan energi terkemuka Inggris, BP, terlilit masalah akibat bocornya sumur minyak di perairan Amerika Serikat. Apakah situasi itu berdampak bagi program bantuan, semisal bea siswa?
Kementrian Luar Negeri Inggris, secara keseluruhan, harus mengalami penyesuaian dalam penyusunan anggaran pemerintah. Saya tidak tahu persis apakah ini juga berdampak bagi operasional tahunan misi kami di Indonesia.
Menteri Luar Negeri [William Hague] baru-baru ini mengkaji kembali program bea siswa Chevening bersama program lainnya. Beliau memutuskan Chevening adalah program yang bagus dan harus dipertahankan. Dia pun berkeinginan menggandeng lebih banyak pihak swasta turut mendukung pendanaan program ini.
Jelasnya, tahun ini kami tetap mempertahankan program Chevening, dan saya berharap dapat diteruskan pada tahun mendatang. Saya juga berharap Chevening terus menjadi salah satu elemen penting dalam mempererat hubungan kedua negara.
Dari laman jejaring sosial Twitter dan Facebook, kami menerima sejumlah pertanyaan dari sejumlah pembaca VIVAnews untuk Duta Besar Martin Hatfull:
@megimargiyono [via Twitter]; Apakah program Chevening akan dibuka lagi?
Eka Budiarti [via Facebook]; Bagaimana posisi pemerintah Inggris sehubungan dengan krisis yang dihadapi oleh BP? Dan apakah krisis BP juga akan berdampak pada beasiswa Chevening mengingat BP adalah salah satu sponsor chevening?
[Duta besar telah menjelaskan dua pertanyaan di atas bahwa tawaran program beasiswa Chevening tahun ini tetap berlanjut - Red]
@si_MIFY [via Twitter]; Apakah persamaan antara dua putra Pangeran Charles (William dan Harry) dengan kedua putra Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (Agus dan Ibas)?
Sejujurnya saya tidak mengenal mereka semua secara pribadi. Yang bisa saya katakan adalah mereka semua berbuat yang terbaik bagi negara dengan cara mereka masing-masing. Mungkin ada saat-saat mereka merasa tidak leluasa karena status yang mereka sandang dan terus menjadi perhatian publik dan saya menaruh hormat kepada mereka semua.
@lalatimothy [via Twitter]; soal badai surya, yang menurut NASA (Badan Antariksa AS) akan menyebabkan Inggris mati lampu dan kehilangan jaringan komunikasi.
Wow, saya tidak menyangka bakal mendapat pertanyaan seperti ini. [sambil tertawa]. Menurut saya fenomena seperti itu membuat semua pihak harus bersiap menghadapi segala kemungkinan, termasuk dalam menyikapi hal-hal yang di luar kuasa kita, seperti banjir atau gempa.
Terkait dengan hal itu, maka kita semua harus bijak menghadapi fenomena alam, terutama pemanasan global. Saya tidak tahu mengenai kabar badai matahari ini, namun pemanasan global itu sendiri tidak dapat diprediksi dan kita tidak mampu begitu saja mengatasinya.
Djoko Prasetyo Zx [via Facebook]; Musim baru Liga Premier Inggris tak lama lagi akan dimulai. Anda menyukai klub sepakbola mana?
Ini adalah pertanyaan yang harus saya, sebagai duta besar, tanggapi dengan hati-hati. Masalahnya kalau saya pilih salah satu klub besar –- apakah itu Manchester United, Chelsea, Arsenal, atau Liverpool – saya bakal dijauhi oleh mereka yang menyukai klub lain.
Mereka bisa saja dua pertiga penduduk dari negara saya atau, lebih penting lagi, setengah dari jumlah populasi di Indonesia.
Sebenarnya saya penggemar suatu klub kecil, yaitu Charlton Athletic, yang terletak di sebelah tenggara London. Klub itu sekarang terlempar di divisi bawah, tapi saya berharap mereka bisa bangkit lagi ke Liga Premier beberapa tahun ke depan. Sejak kecil saya mendukung Charlton dan bersama keluarga rutin menonton pertandingan mereka setiap sore di akhir pekan.
Terlepas dari itu, saya melihat bahwa antusiasme publik di Indonesia menggemari tayangan sepakbola Liga Premier Inggris sangat fantastis. Saya berharap antusiasme mereka atas Liga Premier membuat banyak khalayak menjadi lebih ingin tahu mengenai budaya masyarakat Inggris.
Apa tanggapan Anda atas populernya media sosial di internet, seperti laman jejaring sosial Facebook atau Twitter?
Pemerintah kami sangat menyadari betapa besarnya peran media sosial di internet. Lebih penting lagi, media itu tetap menjadi wahana yang bebas.
Kami menentang praktik sensor atau kontrol atas media dengan menggunakan isu-isu seperti pornografi, kekerasan ekstrem, atau isu-isu yang terkait dengan kriminalitas. Pelanggaran demikian bisa ditindak melalui perangkat hukum yang ada, dan telah diterapkan di banyak negara.
Namun, kami sangat menjunjung prinsip kebebasan berinternet, dan menentang upaya membungkamnya. Itu merupakan alat komunikasi yang kuat. Pemerintah kami, termasuk di Kementrian Luar Negeri, justru berupaya memanfaatkan media sosial di internet menyampaikan pesan kepada khalayak luas.
Apakah Anda punya akun pribadi di Twitter atau Facebook?
Tidak punya. Masalahnya, dengan tugas saya saat ini, saya tidak punya waktu untuk update status. Bisa-bisa saya hanya sempat membuka laman enam minggu sekali atau lebih, dan harus mengikuti banyak kabar. (np)
• VIVAnews

21 Agustus 2010

BJ Habibie, Si Jenius yang Terbang Tinggi

Anda orang Indonesia? Bila iya, apa yang menjadi kebanggaan Anda sebagai warga negara Indonesia? Mungkin akan sedikit bingung untuk menjawabnya. Banyak yang berkata negeri ini melimpah akan kekayaan alam, termasuk pendapat yang menyebut orang Indonesia dikenal ramah.


Tapi nyatanya ada pula sebagian orang yang kesal dengan bangsa ini utamanya pemerintah. Persoalan korupsi, kesejahteraan yang timpang dan kinerja pemerintah yang kerap disebut "pas-pas-an" kian menjadi cibiran masyarakat.

Kendati begitu, kita patut berbangga dengan Indonesia. Prestasi sejumlah anak bangsa di kancah Internasional buktinya. Sebut saja, Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal BJ Habibie. Presiden RI ke-3 ini punya prestasi gemilang di bidang transportasi yakni pesawat udara.

BJ Habibie lahir di Pare-Pare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Anak ke-4 dari delapan bersaudara ini memulai bangku kuliahnya di Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia kemudian melanjutkan pendidikannya ke Rhenisch Wesfalische Tehnische Hochscule – Jerman pada 1955.

Tahun 1965, Habibie menyelesaikan studi S-3nya dan mendapat gelar Doktor Ingenieur (Doktor Teknik) dengan indeks prestasi summa cum laude. Selepas itu, Habibie bekerja di Messerschmitt-Bölkow-Blohm atau MBB Hamburg, sebagai Kepala Penelitian dan Pengembangan pada Analisis Struktrur Pesawat Terbang (1965-1969) dan kemudian menjabat Kepala Divisi Metode dan Teknologi pada industri pesawat terbang komersial dan militer di MBB (1969-1973).

Kembali ke Indonesia, Habibie pun menyumbangkan ilmu yang dimiliki untuk kemajuan teknologi bangsa ini. Berdasarkan data dari sejumlah artikel media massa, Habibie mendirikan PT. Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) pada 11 Oktober 1985. IPTN kemudian diresktrukturisasi menjadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI).

Habibie dalam skala internasional terlibat dalam berbagai proyek desain dan konstruksi pesawat terbang seperti Fokker F 28, Transall C-130 (militer transport), Hansa Jet 320 (jet eksekutif), Air Bus A-300, pesawat transport DO-31 (pesawat dangn teknologi mendarat dan lepas landas secara vertikal), CN-235, dan CN-250 (pesawat dengan teknologi fly-by-wire). Selain itu, Habibie secara tidak langsung ikut terlibat dalam proyek perhitungan dan desain Helikopter Jenis BO-105, pesawat tempur multi function, beberapa peluru kendali dan satelit.

Kejeniusan Habibie juga dibuktikan ketika menemukan teori-yang disebut dunia internasional sebagai teori-krack progression. Teori ini menemukan perhitungan titik rawan kelelahan badan pesawat.

Titik rawan kelelahan ini biasanya pada sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin. Elemen inilah yang mengalami guncangan keras dan terus-menerus, baik ketika tubuhnya lepas landas maupun mendarat.

Ketika menyentuh landasan, sambungan antara sayap dan badan pesawat terbang atau antara sayap dan dudukan mesin ini menanggung empasan tubuh pesawat. Kelelahan logam pun terjadi, dan itu awal dari keretakan (krack). Titik rambat tersebut semakin hari kian memanjang dan bercabang-cabang.

Habibie-lah yang kemudian menemukan bagaimana rambatan titik krack (keretakan) itu bekerja. Dengan teori ini industri pembuat pesawat bisa mengerjakan badan pesawat dengan perhitungan yang lebih aman. Tidak saja bisa menghindari risiko pesawat jatuh, tetapi juga membuat pemeliharaannya lebih mudah dan murah.

Atas berbagai prestasinya, Habibie mendapat ganjaran dengan sejumlah penghargaan di antaranya bidang kedirgantaraan, Theodhore van Karman Award, yang dianugerahkan oleh International Council for Aeronautical Sciences.

sumber Ferdinan - Okezone

20 Agustus 2010

Sri Lanka Tanah Airku, Indonesia Darahku

Dia mantan pejabat tinggi militer Sri Lanka. Dia keturunan Madura, dan seorang muslim seperti kebanyakan keturunan Melayu di negeri yang selama empat dekade dibelah konflik berkepanjangan antara Tamil melawan mayoritas Shinala itu.

Meskipun dia generasi kesepuluh keturunan Madura di Sri Lanka, dia tetap mangaku bangga dan rindu pada Madura, pada Indonesia.

Dia adalah Brigadir Jendral (purn) Tuan Samayraan Buhary Sally.

Semasa menjadi perwira pertama angkatan bersenjata Sri Lanka—waktu itu Ceylon—dia pernah ditugaskan ke Singapura dan Malaysia pada 1947, sementara sewaktu menyandang pangkat terakhir brigadir jenderal, dia sempat mengemban fungsi kepala staf angkatan darat sementara Sri Lanka.

"Saya rindu Indonesia," kata Sally usai mengikuti apel HUT Kemerdekaan RI ke 65 di Kedutaan Besar RI di Colombo, Selasa.

Dua fasih berbahasa Indonesia, tidak seperti keturunan Melayu dan Madura yang diundang Kedubes RI di Colombo, Selasa, yang sudah tak lagi mengenal bahasa Melayu.

Sally bercerita bahwa nenek moyangnya menentang kekuasaan Belanda di Nusantara dahulu sehingga diasingkan ke negeri pulau di selatan India itu.

"Waktu itu ada istilah `disailankan," kenangnya.

"Disailankan" berarti dibuang ke Sailan atau Ceylon—Sri Lanka sekarang—karena memberontak atau menentang kekuasaan pemerintahan kolonial Belanda.

Lain lagi cerita Tony Saldin, yang menjadi Presiden Sri Lanka Indonesia Frienship Association (SLIFA). Pria tampan berumur sekitar 60an ini mengaku dari generasi keenam keturunan Madura di Sri Lanka.

Dia mengaku terhanyut oleh hentakan penuh semangat lagu kebangsaan "Indonesia Raya."

"Sense of bravery (kesannya penuh bersemangat)," katanya.

Tidak seperti Sally, Tony relatif sering mengunjungi Indonesia, tetapi dia tidak sampai menyinggahi kampung halaman nenek moyangnya Madura.

"Saya hanya pergi ke Cirebon dan Jakarta," terang Tony dalam Bahasa Inggris dialek Sri Lanka.

Antusiasme dan ketertarikan pada Indonesia juga ditunjukkan DR. R.S. Drahaman, dokter spesialis bedah THT yang juga keturunan Madura.

Pria beranak dua beristrikan dokter gigi keturunan Melayu itu mengutarakan keingintahuannya untuk mengetahui lebih dalam Indonesia.

Ketika ANTARA menginformasikan kepadanya bahwa Madura dan Jawa kini dipersatukan jembatan terpanjang di Asia Tenggara (Jembatan Suramadu), Drahaman terhenyak.

"Oya? Saya sepertinya harus ke sana," katanya.

Ada keingintahuan dari mereka tentang Indonesia, tanah di mana nenek moyang mereka lahir dan dibesarkan.

Namun, dari antusiasme mereka mengikuti upacara 17 Agustus yang setiap tahun jarang sekali mereka lewatkan, warga Sri Lanka keturunan Indonesia tetap merasa dalam darahnya mengalir darah Indonesia.

"Ya, saya tidak memungkiri bahwa saya adalah keturunan Malay (Indonesia)," aku Sally.

Menurut statistik yang beredar di Sri Lanka, puluhan ribu keturunan Melayu (Indonesia) hidup di seantero Sri Lanka. Sementara warga Indonesia yang berada di negeri itu mencapai sekitar 200 orang.

Nuansa lain

Para diplomat Indonesia sendiri menangkap nuansa lain saat merayakan 17 Agustus di luar negeri, yang sering tidak mereka dapatkan ketika mereka merayakannya di dalam negeri.

"Kalau di Indonesia, saya jarang ikut lomba Agustusan, tapi di negeri orang kita malah selalu ingin mengikutinya," kata Rudy Kurniady, salah seorang dari empat orang diplomat muda yang ditempatkan di Sri Lanka.

Alumnus Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran ini kini menangani Colombo Plan, organisasi yang mempromosikan pembangunan ekonomi di negara-negara berkembang. Di organisasi ini Rudy menjabat "Seconded Officer."

Lain lagi pengakuan Suhardi Tjondrosentono, Minister Councelor Politik pada Kedubes Indonesia di Sri Lanka.

Diplomat karir ini pernah ditempatkan di empat negara termasuk Korea Utara, sebelum kemudian menempati pos Sri Lanka. Suhardi membenarkan merayakan 17 Agustus di luar negeri memang senantias mengesankannya.

"Lain tempat lain kesannya," kata Suhardi menunjuk lima negara di mana dia ditugaskan oleh Kementerian Luar Negeri, termasuk Sri Lanka yang sekarang menjadi tempatnya bertugas.

Energi magnetis seremoni HUT Kemerdekaan RI juga dirasakan Muhammad Tahang, staf lokal yang bekerja lebih dari 20 tahun untuk Kedubes RI di Colombo.

"Ya jelas berbeda, apalagi saya sudah tinggal lama di sini," kata pria Makassar ini.

Tahang memiliki istri seorang Sri Lanka yang telah memberinya dua orang putra, masing-masing Syaiful Shafi (18) yang sedang berkuliah Manajemen Bisnis, dan Tania Tahang yang tengah memasuki kelas 2 SMA.

sumber http://oase.kompas.com/read/2010/08/18/17212258/Sri.Lanka.Tanah.Airku..Indonesia.Darahku

17 Agustus 2010

Bangun Kapal Perang, PT PAL Serap 1500 Tenaga

Kapal berbiaya US$ 220 juta ini akan selesai 4 tahun mendatang.

Indonesia baru saja meluncurkan pembangunan kapal perang 'Light Fregat-Perusak Kawal Rudal (PKR). Pembangunan yang akan dilakukan oleh PT PAL Surabaya dengan perusahaan galangan asal Belanda, Damen-Schelde ini diperkirakan akan menyerap ribuan tenaga kerja.

"Pembangunan kapal perang modern ini akan menyerap 1500 tenaga kerja," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro usai acara 'Peluncuran Rencana Pembangunan Kapal Perang PKR' di kantor Kemenhan, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010.

"Itu untuk satu kapal, kalau kita membuat dua kapal lebih maka akan banyak lagi membutuhkan tenaga kerja." Ia menambahkan.

Tenaga kerja yang terserap akan semakin banyak, tidak hanya tenaga kerja yang dipekerjakan di PT PAL saja. Menurut dia, pembangunan kapal ini juga akan menggerakkan sektor perekonomian lain.

Seperti suplai bahan baku dari industri penunjangnya. "Karena itulah kita komitmen untuk mengerjakannya di Indonesia," tuturnya.

Purnomo menambahkan, pembangunan kapal perang ini sebenarnya telah direncanakan sejak tahun 1998. Namun, karena Indonesia mengalami krisis, rencana tersebut harus kandas terhempas bada krisis keuangan satu dasawarsa silam itu. namun, kini perekonomian Indonesia lambat laun telah pulih.

Kini saatnya rencana itu kembali diwujudkan dan diteruskan di waktu yang akan datang. "Tentu waktu pertama kali membangun kapal perang ini akan menemuai banyak hambatan dan permasalahan. Namun kita akan terus memperbaikinya di masa yang akan datang," kata dia. "Kita berharap terus mampu membangunnya."

Kapal perang yang diperkirakan akan menghabiskan dana sebesar US$ 220 juta ini, ditargetkan selesai dalam waktu empat tahun mendatang. Menurut Purnomo, kapal perang ini nantinya menjadi kapal perang yang handal jika dibandingkan dengan kapal perang sejenis yang dimiliki oleh negara-negara tetanga.

"Kalau kita tempatkan di Laut Cina Selatan dan laut bagian timur Indonesia, akan menimbulkan efek gentar, bagi negara yaang mencoba mengganggu," kata dia.
Spesifikasi Kapal PKR
Kapal PKR dirancang untuk bisa digunakan dalam beberapa misi operasi, antara lain peperangan elektronika, peperangan anti udara, peperangan anti kapal selam, peperangan anti kapal permukaan, bantuan tembakan kapal. Kapal perang PKR juga dilengkapi dengan rudal SAM, SSM, dan rudal anti kapal selam.

Kapal tersebut dilengkapi dengan perlengkapan persenjataan diantaranya meriam kaliber 76 sampai 100 mm dan kaliber 20 sampai 30 mm, peluncur rudal ke udara, helipad di deck kapal, dan senjata torpedo serta perlengkapan pendukung lainnya.

Panjang keseluruhan kapal 105 meter, lebar 14 meter, kedalaman 8,8 meter, kecepatan 30/18/14 knot dengan kekuatan mesin utama 4 X 9.240 kekuatan kuda (horse power).
Kapal mampu menampung 100 hingga 120 awak kapal. Kapal ini juga mampu beroperasi hingga batar terluar Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, baik sendirian maupun mengawal kapal lainnya.
• VIVAnews

07 Agustus 2010

SURINAME : 120 Tahun Migrasi Suku Bangsa Jawa

Konsentrasi terbesar masyarakat suku Jawa di luar Republik Indonesia terdapat di Suriname, Amerika Selatan. Tahun ini, pada tanggal 9 Agustus, merupakan peringatan 120 tahun kedatangan suku bangsa Jawa di Suriname yang kini memiliki populasi 20 persen dari republik berpenduduk setengah juta jiwa itu.

”Kalau tidak ada suku Jawa, tidak ada Suriname. Suriname adalah pelangi tempat tinggal pelbagai suku bangsa. Kelompok terbesar adalah keturunan Afrika dan disusul keturunan India. Kelompok keturunan China, Eropa, dan campuran menempati posisi keempat dari penduduk Suriname,” kata Duta Besar Republik Suriname untuk Republik Indonesia, Angelic Caroline Alihusain-del Castilho, di Jakarta, Rabu (4/8/2010). Kedatangan suku Jawa ke Suriname merupakan takdir sejarah. Menurut Del Castilho, Suriname merupakan wilayah yang bersamaan dengan Pulau Run di Kepulauan Banda diserahkan Inggris kepada Belanda. Sebaliknya, Belanda menyerahkan Manhattan atau Nieuw Amsterdam yang kini dikenal sebagai New York kepada Inggris.

Pertukaran itu merupakan hasil Kesepakatan Breda tahun 1667 setelah berakhirnya Perang Inggris-Belanda ke-2. Suriname dikembangkan sebagai pusat perkebunan tebu, kopi, kakao, nila (indigo), dan kapas. Semula, budak didatangkan dari Elmina (pos dagang Belanda) di Afrika Barat.

Seiring penghapusan perbudakan tanggal 1 Juli 1863, pemerintah kolonial mendatangkan buruh migran. Sebelumnya orang Tionghoa didatangkan dari Jawa sejak tahun 1850.

Selanjutnya datang imigran Portugis dari Pulau Madeira serta imigran Lebanon dan Suriah. Namun, mereka segera meninggalkan perkebunan setelah kontrak kerja selesai.

Orang India pun didatangkan tahun 1873 hingga tahun 1917. Lagi-lagi setelah kontrak selesai, mereka meninggalkan perkebunan dan bekerja di bidang lain.

”Akhirnya didatangkan buruh dari suku Jawa. Percobaan pertama dilakukan dengan kedatangan 94 kuli kontrak tanggal 9 Agustus 1890, diangkut kapal Rotterdamsche Lloyd. Seluruhnya terjadi 34 kali pengiriman dengan total migran dari Jawa sebanyak 32.956 orang,” Del Castilho menjelaskan.

Sebagian besar dari mereka datang dari Jawa Tengah di sekitar Surakarta. Ada pula migran yang datang dari Semarang dan Surabaya. Toekiman Saimbang, seorang diplomat Suriname di Jakarta, mengaku ”si mbah”-nya berasal dari Mojokerto, Jawa Timur. ”Wong Jowo isih isa basa Jawa ning Suriname. Acara selametan, bersih deso lan nanggap wayang isih ana,” kata Toekiman yang menjelaskan masyarakat Jawa Suriname masih memelihara tradisi wayang, bersih desa, selamatan, dan tentu saja berbahasa Jawa pasar yang dikenal sebagai ngoko.

Masyarakat Jawa di sana berbicara dalam bahasa Belanda atau Inggris dalam pergaulan sehari-hari. Sejak kemerdekaan Suriname tahun 1975, banyak warga Jawa yang hijrah ke Belanda.

Mengakar kuat
Eksistensi suku Jawa kini menjadi unsur penting pluralisme di Suriname. ”Sekitar 50 persen kekayaan kuliner Suriname adalah sumbangan masyarakat Jawa. Mereka sudah tidak bekerja lagi di perkebunan. Banyak yang menjadi profesional dan mengisi pos penting di pemerintahan Suriname. Mereka juga memiliki partai politik tersendiri,” kata Del Castilho.

Banyak perempuan Jawa Suriname yang kawin campur dengan suku bangsa lain. Semua proses berlangsung alamiah.

Toekiman Saimbang dengan bangga mengatakan, dalam kabinet Suriname mendatang, nama empat atau lima menteri suku Jawa dari 17 pos di kabinet baru sudah disebutkan.

Pelbagai desa dan permukiman suku Jawa kini tersebar luas di Suriname, yang memiliki luas lebih dari dua kali Pulau Jawa.

Menjelang peringatan 120 tahun kedatangan suku Jawa di Suriname, pelbagai acara kesenian digelar oleh masyarakat Jawa, yang dibantu oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Suriname. Puncak acara digelar tanggal 9 Agustus di Sasana Budhaya di Paramaribo. (Iwan Santosa)

sumber kompas

05 Agustus 2010

PIDATO TERHEBAT PRESIDEN SBY!


PIDATO TERHEBAT PRESIDEN SBY!



Saya suka mendengar pidato-pidato Presiden Amerika Obama, sangat tajam, visioner, dan selalu memberikan harapan akan masa depan baru yang lebih baik. Obama sering berpidato tentang bagaimana pendidikan, sains dan teknologi akan membentuk Amerika masa depan.

Ketika saya mendengar berita bahwa Presiden SBY juga pernah berpidato tentang sains dan teknologi, serta bagaimana bangsa-bangsa maju menjadi unggul karena kemajuan teknologi, saya segera mencarinya di internet. Akhirnya saya menemukannya. Dan ternyata ini betul-betul salahsatu pidato paling hebat dan visioner yang pernah saya dengar, dari pemimpin dunia manapun. Betul-betul mencerahkan.

Dan mudah-mudahan, dari pidato dan visi yang tercantum dalam pidato ini, bangsa Indonesia, juga akan segera memasuki jaman pencerahan, jaman kebangkitan baru melalui keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selamat menikmati visi besar Indonesia ini.


SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PADA ACARA SILATURRAHIM DENGAN
AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (AIPI) DAN MASYARAKAT ILMIAH Serpong,

20 Januari 2010

Bismillah Hirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr Wb

Salam sejahtera untuk kita semua,
Yang saya hormati, Presiden Republik Indonesia ketiga, Bapak Prof. Dr. Baharudin Jusuf Habibie,
Yang saya hormati Menteri Riset dan Teknologi dan para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II,
Yang Mulia Ambassador Cameron Hume,
Yang saya hormati Gubernur Banten,
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan Para Ilmuwan yang tergabung dalam AIPI, LIPI, dan asosiasi-asosiasi ilmu pengetahuan di Indonesia,

Hadirin sekalian yang saya muliakan,

Marilah kita bersama-sama, memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita tetap diberi kekuatan, dan insya Allah kesehatan, sehingga kita dapat bertatap muka dalam kesempatan yang membahagiakan ini.

Melalui kesempatan ini pula, saya ingin menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada para ilmuwan terkemuka Indonesia yang tergabung dalam Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), atas pemikiran, kajian, dan penelitian yang bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Kemajuan yang kita capai hingga hari ini, tentu tidak terlepas dari kontribusi saudara semua.

Saya juga menyampaikan penghargaan yang tinggi atas pernyataan Presiden Barack Obama, yang baru saja dibacakan oleh Duta Besar Cameron Hume. Pandangan yang konstruktif dan ajakan positif Presiden Obama untuk meningkatkan kerjasama bilateral di bidang Iptek, pendidikan, energi dan perubahan iklim patut kita sambut dengan baik. Namun kita semua juga merasa prihatin bahwa US Science and Technology Special Envoy, Mr. Bruce Alberts, yang semula akan hadir di sini mengalami musibah kecelakaan. Mari kita doakan, agar Mr. Bruce Alberts dapat lekas pulih kembali seperti sediakala.

Saudara-saudara, Kita sungguh berharap, pertemuan ini dapat merintis jalan ke arah peningkatan kerja sama antara Indonesia-Amerika Serikat, di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia dan Amerika Serikat kini sedang aktif menggarap suatu Kemitraan Strategis baru: yaitu suatu kemitraan komprehensif, yang mencakup kerja sama dalam berbagai sektor penting bagi kedua negara. Dalam kaitan ini, kerja sama di bidang pendidikan dan teknologi menjadi bagian penting dari kemitraan strategis kedua negara. Insya Allah, Kemitraan Komprehensif ini dapat diresmikan dalam kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia yang direncanakan tahun ini.

Saya juga menyambut baik pernyataan Presiden Obama di Kairo bulan Juni tahun lalu, bahwa Amerika Serikat kini berkomitmen untuk membangun kemitraan baru—“a new beginning”—dengan dunia Islam, yang di antaranya mencakup kerja sama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini penting karena beberapa hal : PERTAMA, memang, kalau kita ingin membangun suatu peradaban dunia (global civilization), kita perlu terus membangun jembatan antar-peradaban, terutama di antara dunia Barat dan dunia Islam. Semua pihak harus berperan aktif menyebarkan soft power, yang akan memperkokoh landasan bagi perdamaian dunia.

KEDUA, Islam tidak pernah bertolak belakang atau memusuhi ilmu pengetahuan–bahkan Islam selalu selaras dengan ilmu pengetahuan. Bahkan, puncak kejayaan Islam sebagai peradaban dunia yang paling maju di Abad ke-13 justru terjadi, karena umat Islam membuka diri dan mengejar ilmu pengetahuan di manapun. Dengan pusat peradaban di Baghdad, umat Islam mencatat berbagai kemajuan dan penemuan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sampai sekarang kita rasakan manfaatnya: kompas, anestesi, aljabar, optik, astrologi, irigasi, navigasi, kimia, teknik sipil, rumah sakit pertama, dan kapal-kapal perdagangan. Pesan dan pelajaran sejarah ini masih tetap relevan–bahkan semakin relevan–sekarang: “siapa yang mau maju, harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dan KETIGA, tidak akan pernah ada the second Islamic renaissance di Abad ke-21, tanpa penguasaan umat Islam di bidang iptek. Meskipun terdapat kemajuan di beberapa komunitas Islam, sebagian besar umat Islam saat ini masih tertinggal dalam pencapaian Millenium Development Goals, dan Human Development Index, masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan, serta masih termarginalisasi dalam era globalisasi. Masih banyak umat Islam yang terlalu bernostalgia terhadap kejayaan di masa lalu, tanpa memahami bahwa peluang untuk maju dan berkarya di depan mata justru jauh lebih besar.

Sewaktu saya berpidato di Harvard University akhir tahun lalu, dan juga dalam artikel The Economists yang saya tulis, saya menekankan bahwa Abad ke-21 tidak harus mengikuti skenario “clash of civilizations”. Abad ke-21 justru dapat kita wujudkan menjadi suatu “confluence of civilizations”, di mana seluruh peradaban dunia–apakah Barat, Islam, Timur–dapat hidup berdampingan secara damai, dan dapat saling memperkaya dan melengkapi. Kita yakini bahwa hal ini bukan sebuah utopia, tetapi suatu visi yang realistis and achieveable vision.

Hadirin yang saya hormati,Mari kita memulai dengan suatu preposisi: “Abad ke-21 akan menjadi abad paling inovatif dalam sejarah umat manusia”. Disadari atau tidak, kita sedang berada dalam arus perubahan sejarah yang sangat dahsyat. Ada yang menyatakan bahwa arus perubahan dalam 10 tahun mendatang, akan lebih deras daripada perubahan dalam 100 tahun terakhir.

Kita lihat saja komputer, internet dan telepon selular. Di awal tahun 1990an, email, komputer dan handphone hanya dinikmati oleh segelintir orang. Kini, 20 tahun kemudian, di seluruh dunia, 1,4 milyar orang telah mempunyai e-mail, ada 1 miliar komputer, dan 3,3 miliar pengguna handphone–sekitar separuh dari jumlah penduduk dunia. Proses ini akan terus berkembang.

Kita meyakini bahwa di paruh kedua Abad-21, sebagian besar umat manusia akan terjamah oleh komputer, internet dan handphone. Peradaban manusia juga sering berubah karena ide-ide dan penemuan-penemuan baru. Penemuan bubuk mesiu menimbulkan transformasi militer dengan segala implikasi politiknya. Penemuan mesin uap memulai revolusi industri dan mengubah sejarah Eropa. Penemuan vaksin di abad ke-18 mengubah ilmu kodokteran dan menyelamatkan jutaan umat manusia. Penemuan reaksi fisi nuklir menghasilkan bom atom dan senjata nuklir yang dapat memusnahkan umat manusia.

Berbeda dari abad-abad sebelumnya, perubahan yang kita alami di Abad ke-21 akan bergerak sangat pesat. Misalnya: dalam kurun waktu hanya sekitar 100 tahun, manusia dapat bergerak dari kecepatan kuda, ke kecepatan mobil, ke kecepatan jet, ke kecepatan suara, dan bahkan sudah mendarat di bulan. Sejumlah negara–baik besar maupun kecil—yang dulu dikenal sebagai “negara miskin” kini telah melejit menjadi ekonomi yang unggul.

Indonesia sendiri, yang dulu pernah menjadi salah satu bangsa paling miskin di Asia, kini telah menjadi ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan anggota G-20. Kita juga melihat perubahan pesat ini di bidang lingkungan, khususnya perubahan iklim. Semenjak revolusi industri di Eropa 200 tahun lalu, karena ulah manusia, terutama di negara-negara industri maju, suhu dunia telah naik sekitar 0,6 derajat celcius. Konsentrasi karbondioksida meningkat 36%, dan lapisan ozon semakin menipis. Kalau kita tidak cepat mengatasinya, suhu dunia bisa naik 4 derajat Celsius dan membawa malapetaka bagi umat manusia dan bagi planet bumi—rumah kita satu-satunya.

Dalam menghadapi arus sejarah yang dahsyat ini, saya yakin sekali bahwa dalam Abad ke-21 yang akan menjadi the most powerful driver of change adalah teknologi. Apakah itu bangsa, perusahaan, komunitas, atau individu, the biggest driver for change adalah teknologi.

Dewasa ini, kita semua telah melihat dan merasakan: porsi teknologi dalam PDB kita semakin besar. Porsi Teknologi dan know-how semakin menonjol, apakah itu untuk pertanian, industri, perdagangan, keuangan, pendidikan, kesehatan, pertahanan, jasa, dan lain-lain. Makin nyata, pertumbuhan ekonomi dan daya saing sebuah bangsa sangat disumbang oleh penguasaan teknologi. Inilah yang sering disebut sebagai “Intangible Intellectual Resources”, atau “Knowledge Capital”.

Kecenderungan ini akan terus menguat, karena proses pengembangan teknologi tidak akan pernah berhenti. Dalam abad yang sangat progresif ini, kita tidak bisa lagi hanya mengutuk masa lalu atau menyalahkan orang lain. Kalau kita gagal, itu adalah kesalahan kita sendiri, karena kita tidak mampu membaca tanda-tanda zaman. Kalau kita kelak tampil unggul di depan yang lain, itu terjadi karena kerja keras dan kemampuan kita dalam beradaptasi.

Saudara-saudara, Karena itulah, kunci dari keunggulan Indonesia di Abad ke-21 adalah ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu penyebab bangsa kita terbelakang selama ratusan tahun adalah, karena nenek moyang kita tidak mendapatkan akses terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari belahan dunia lain. Sebelum kebangkitan nasional tahun 1908, pada saat Eropa mendominasi dunia, Jepang mengalami Restorasi Meiji, Amerika Latin menikmati masa kemakmuran, Amerika Utara tumbuh pesat, dan Kerajaan Islam Otoman berjaya, bangsa Indonesia masih terisolasi dalam penindasan kolonialisme, dan rakyat kita tenggelam dalam kebodohan dan kemiskinan.

Abad ke-20 adalah abad kebangkitan nasional, abad kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Kunci sukses kita untuk mencapai itu tiada lain adalah persatuan. Kita mutlak membutuhkan persatuan untuk melawan penjajah, untuk mempertahankan kemerdekaan, untuk menangkal separatisme, untuk menjaga keutuhan wilayah, untuk membangun perekonomian, untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan untuk mengembangkan jati diri bangsa. Itulah perjuangan kita di Abad ke-20.

Di Abad ke-21, situasinya telah berbeda: Hakikatnya, Indonesia tidak punya musuh, dan tidak ada negara lain yang memusuhi Indonesia. Politik bebas aktif Indonesia kini diabdikan untuk mewujudkan “a million friends, zero enemy”. Abad ke-21 adalah abad keunggulan, dan kunci sukses untuk mencapai itu adalah inovasi. Kita memerlukan inovasi untuk memerangi kebodohan, untuk mengentaskan kemiskinan, untuk memacu pertumbuhan dan produktivitas, dan untuk menjadi bangsa yang terhormat, maju dan kompetitif.

Saudara-saudara, Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi suatu bangsa adalah hasil dari suatu kerja besar yang terencana dan berkesinambungan. Sesungguhnya pula merupakan bagian integral yang dinamis dari sebuah peradaban (civilization).Teknologi tidak bisa dimimpikan dan didatangkan begitu saja—bukan seperti membeli barang di supermarket. Mungkin satu dua teknologi bisa dibeli seperti itu—namun tidak untuk mencapai technological society, dan juga knowledge society.

Untuk menjadi bangsa yang menguasai iptek, kita harus bisa menempatkan inovasi sebagai urat nadi kehidupan bangsa Indonesia. Kita harus bisa menjadi Innovation Nation —BANGSA INOVASI! Rumah bagi manusia-manusia yang kreatif dan inovatif.

Untuk mencapai kondisi seperti itu ada sejumlah hal penting yang harus kita bangun dan lakukan. Pertama, adalah mengubah mindset. Ingatlah, innovation is a state of mind. Inovasi itu adalah suatu semangat, suatu energi, dan suatu etos. Semua fenomena sejarah—apakah itu peradaban Islam, Renaissance di Eropa, Restorasi Meiji di Jepang, tampilnya Amerika sebagai superpower, “the rise of” Cina dan India—semuanya dimulai dengan suatu semangat, dan terbangunnya mindset baru, yang kemudian menghasilkan berbagai inovasi baru, dan yang akhirnya mengakibatkan transformasi besar-besaran.

Karena itulah, kita di Indonesia harus bisa mengembangkan budaya unggul—a culture of excellence—baik di birokrasi, di universitas, maupun di sektor swasta. Sistem dan lingkungan nasional kita harus bisa melahirkan inovator-inovator yang kreatif. Ini semua akan terwujud jika masyarakat kita, kita semua, benar-benar menghargai kerja keras kaum peneliti, ilmuwan, dan inventor.

Mereka harus bisa menjadi ikon masyarakat, dan bukan menjadi catatan pinggir, apalagi hidup tanpa penghormatan, tanpa apresiasi, dan tidak sejahtera. Ilmuwan, peneliti dan inovator harus berada di garis terdepan perubahan nasib bangsa, dan menjadi Pendekar Keunggulan.

Inovasi juga menuntut sikap open-mind dan risk-taking, bukan sikap yang kaku dan dogmatis. Komunitas iptek Indonesia harus berwawasan jauh lebih terbuka dan lebih progresif dari masanya, dan dari masyarakat, untuk mengembangkan ilmu dan teknologi. Dalam era globalisasi dewasa ini, Nasionalisme kita dicerminkan bukan dalam tindakan melawan atau menutup diri dari dunia, namun dalam kemampuan untuk menyerap ilmu dan teknologi dari manapun untuk kepentingan rakyat Indonesia.

Karena itulah, kita bercita-cita agar Indonesia menjadi bagian integral dari komunitas ilmuwan dunia. Kita berharap sebanyak mungkin ilmuwan Indonesia mengadakan riset, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Saya ingin ilmuwan Indonesia bahu membahu dengan ilmuwan internasional, dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan umat manusia. Kita harus aktif bukan saja menyerap ilmu dari dunia, namun juga menyumbang ilmu untuk dunia. Itulah mindset yang akan mengantarkan kita menjadi Innovation Nation.

Saudara-saudara faktor kedua adalah, selain didukung mindset yang tepat, inovasi juga memerlukan Investasi dan Insentif. Inovasi tidak datang dari langit, namun memerlukan inkubator-inkubator—di lingkungan pemerintah, universitas, perusahaan, dan lain-lain. Mau tidak mau, harus ada sumberdaya dan dana yang cukup, serta program yang berkesinambungan.

Pada awal saya mengemban amanah rakyat, saya menyadari bahwa alokasi dana untuk penelitian dan pengembangan (R&D-research and development) di Indonesia pada tahun 2005 masih rendah – yaitu sekitar Rp 1 trilyun. Karena itulah, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan porsi itu menjadi lebih memadai, dan syukur alhamdullilah pada tahun 2010 dapat kita tingkatkan menjadi Rp 1,9 triliun.

Tentu saja jumlah inipun masih harus terus kita tingkatkan. Namun, perlu diingat, sumberdaya dan dana penelitian dan pengembangan tidak hanya berasal dari APBN, tetapi juga mesti dianggarkan oleh dunia usaha yang juga memerlukan inovasi di perusahaannya masing-masing. Pendanaan dari kerjasama internasional juga merupakan alternatif yang makin terbuka.

Sementara itu saya berpandangan, bahwa cara penting untuk membangun inovasi adalah melalui pengembangan enterpreneurship. Kita semua tahu bahwa enterpreneurship identik dengan inovasi, risk-taking, peluang, dan dinamisme. Di Amerika, Cina, India, Jepang, Korea, dan Singapura, kita melihat bahwa inovasi tumbuh pesat sejalan dengan merebaknya enterpreneurship. Yang juga penting diingat: kita tidak harus selalu menjadi inventor teknologi baru. Namun kita harus cerdik mencari, menyerap dan mengembangkan teknologi baru untuk pembangunan Indonesia. Bahkan, sering terjadi, pihak yang lebih cerdik mendayagunakan teknologi bisa lebih maju dari pihak yang menemukan teknologi itu sendiri.

Faktor ketiga adalah, kebijakan pemerintah dan kolaborasi. Kalau kita lihat dari bukti-bukti empiris, hampir semua inovasi teknologi merupakan hasil dari suatu kolaborasi, apakah itu kolaborasi antar-pemerintah, antar-universitas, antar-perusahaan, antar-ilmuwan, atau kombinasi dari semuanya. Karena itulah, networking antara inkubator menjadi sangat penting.

Saya mendorong ilmuwan Indonesia untuk menjalin networking dan kolaborasi yang seluas-luasnya dengan lembaga penelitian, lembaga kajian dan universitas manapun di dunia, karena ini adalah kunci sukses bagi masa depan kita. Salah satu ciri Era Globalisasi dewasa ini adalah keniscayaan untuk sebuah knowledge-sharing antar bangsa.

Hadirin sekalian yang saya hormati, Dunia kini boleh dikatakan sedang panen teknologi. Namun perlu diingat, teknologi yang kita cari dan pilih haruslah tetap relevan dengan tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang dan ke depan. Tantangan itu antara lain adalah : pengentasan kemiskinan, ketahanan pangan dan energi, pemeliharaan lingkungan hidup, peningkatan industri, ketangguhan pertahanan dan keamanan negara, serta penguasaan teknologi yang menjemput masa depan.Karena itulah, ke depan, bangsa Indonesia harus makin menguasai teknologi, yang dapat menjawab tantangan-tantangan pokok itu.

Pertama, teknologi untuk mengentaskan kemiskinan–pro-poor technology. Teknologi sering disalah-persepsikan seolah hanya untuk kepentingan industri besar yang canggih saja. Padahal untuk negeri kita juga diperlukan teknologi yang dapat memberdayakan rakyat miskin. Misalnya: telekomunikasi murah untuk desa terpencil, bibit unggul, teknologi air bersih, hidroenergi dan Rumah Sederhana Tahan Gempa.

Kedua, teknologi hijau – green technology. Kita sudah menetapkan target penurunan emisi 26% untuk tahun 2020 dari “business as usual”, dan target ini bisa ditingkatkan menjadi 41% apabila ada bantuan internasional yang memadai. Untuk itu, kita harus menerapkan pembangunan yang hemat energi (low carbon footprint), meningkatkan penggunaan sumber energi terbarukan seperti geothermal, angin, dan surya, serta meningkatkan teknologi pengawasan hutan, misalnya melalui satelit, untuk mendeteksi hotspot kebakaran hutan.

Saya juga bangga bahwa seorang inovator energi kita, Saudari Tri Mumpuni, telah merintis pembangunan energi mikro-hidro di desa-desa, dan telah mendapatkan pengakuan internasional. Inovasi segar seperti ini harus terus dikembangkan dan disebarkan.

Ketiga, teknologi pangan, yang sangat penting bagi kesejahteraan rakyat kita (food security). Kita memerlukan teknologi pertanian baru untuk mencari bibit unggul, meningkatkan hasil panen, dan melipat-gandakan produktifitas pangan guna mencapai kondisi swasembada, bahkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Saya ingin, pada saatnya nanti Indonesia menjadi “major food producer” di dunia internasional.

Keempat, teknologi industri. Produk-produk industri Indonesia harus bisa menunjang pencapaian 2 aspek penting, yaitu padat teknologi dan padat karya. Kita harus bisa membuat industri kita lebih efisien, lebih produktif dan lebih mempunyai nilai tambah. Kita juga harus mulai mencapai high-end products, menciptakan branding yang dikenal dunia internasional, dan bahkan bisa bersaing dalam aspek desain yang selama ini cenderung didominasi industri negara-negara maju. Hal ini penting karena pada saat ini dan ke depan, industri akan tetap menjadi tulang panggung ekonomi Indonesia.

Kelima, teknologi kesehatan. Kita harus mencari teknologi terkini untuk memerangi penyakit-penyakit menular : apakah itu H5N1, H1N1 dan virus-virus berbahaya lainnya, yang pasti akan terus bermutasi mengancam keluarga kita dan bahkan umat manusia. Virus berbahaya, sama seperti bencana alam, akan menjadi salah satu ancaman paling riil bagi bangsa kita di abad ke-21. Seperti yang kita alami dalam kasus epidemi H1N1 (Swine Flu), Indonesia tidak bisa menangani ancaman ini sendiri, apalagi kalau menyangkut virus yang datang dari luar yang kita tidak mempunyai vaksinnya. Karena itulah, kita harus bekerja-sama dua arah : kita berbagi ilmu dan penemuan dengan dunia kesehatan internasional, sebagaimana kita terus mengharapkan dunia luar berbagi dengan kita.

Keenam, teknologi maritim. Sebagai negara Nusantara, kita harus membangun teknologi kelautan, misalnya untuk konversi air minum atau teknologi perkapalan. Kita juga harus mendapatkan teknologi canggih untuk bisa mengeksplorasi kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, baik perikanan, hydrocarbon dan mineral. Saat ini, misalnya, kita belum mempunyai kemampuan yang memadai untuk melakukan offshore drilling apalagi deep sea drilling. Indonesia secara fisik adalah negara Kepulauan terbesar di dunia, tapi kita belum menjadi negara maritim yang kuat.

Ketujuh, teknologi pertahanan. Disini, TNI harus terus meningkatkan postur dan kapabilitasnya, termasuk penguasaan “revolution in military affairs” (RMA). Kita harus bisa meningkatkan kualitas dan tingkat teknologi industri pertahanan kita– termasuk melalui joint production dengan industri militer negara-negara lain, serta bentuk kerjasama yang lain. TNI harus meningkatkan kapasitas untuk melakukan military operations other than war (MOOTW), serta kemampuan peace-keeping operation di wilayah-wilayah konflik di dunia.

TNI juga harus mempunyai kemampuan untuk melakukan surveillance dan menjaga pulau-pulau terpencil, wilayah perbatasan dan lautan Nusantara yang terbentang luas. Sementara itu, Polri dan aparat intelijen juga harus terus meningkatkan kemampuan operasionalnya untuk melawan kejahatan trans-nasional, termasuk kelompok teroris yang juga memanfaatkan teknologi yang canggih.

Dan, kedelapan adalah, teknologi masa depan: yaitu nano technology, bio-engineering, genomics, robotics, dan lain-lain. Teknologi-teknologi revolusioner ini tentu tidak sepatutnya hanya didominasi dan dimonopoli negara-negara maju saja. Banyak emerging economies --seperti Cina, India, dan Brazil - yang kini mulai merintis teknologi-teknologi baru ini. Indonesia tidak boleh tertinggal.

Saya senang sekali bahwa Universitas Pelita Harapan (UPH) sudah mulai membangun pusat riset untuk nano-technology. Hadirin sekalian yang saya hormati, Untuk mengembangkan semua ini, dibutuhkan suatu Sistim Inovasi Nasional, yaitu suatu pengaturan kelembagaan yang secara sistemik dan berjangka-panjang dapat mendorong, mendukung, menyebarkan dan menerapkan inovasi-inovasi di berbagai sektor, dan dalam skala nasional. Konsep seperti ini relatif baru, meskipun sudah mulai diterapkan di beberapa negara yang mengalami transformasi.

Setiap negara mempunyai Sistim Inovasi Nasional dengan corak yang berbeda dan khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Saya berpendapat, di Indonesia, kita juga harus mengembangkan Sistem Inovasi Nasional, yang didasarkan pada suatu kemitraan antara pemerintah, komunitas ilmuwan dan swasta, dan dengan berkolaborasi dengan dunia internasional. Oleh karena itu, berkaitan dengan pandangan ini, dalam waktu dekat saya akan membentuk Komite Inovasi Nasional, yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden, untuk ikut memastikan bahwa Sistem Inovasi Nasional dapat berkembang dan berjalan dengan baik.

Semua ini penting kalau kita sungguh ingin Indonesia menjadi Knowledge Society. Kita dikaruniai wilayah yang sangat luas, yang terbentang dari Sabang ke Marauke, dari Miangas ke Pulau Rote. Kita mempunyai sumber daya alam yang berlimpah. Kita memiliki sumberdaya manusia yang tangguh, yang terus dapat ditingkatkan keunggulan dan daya saingnya. Dan kita mempunyai hubungan yang baik dengan semua pihak—baik dunia Barat, dunia Islam, negara-negara berkembang, emerging economies, dan lain-lain—yang semuanya dapat menjadi mitra pembangunan Indonesia.

Karenanya, dengan semua ini, ke depan, Indonesia mempunyai peluang emas untuk memajukan kehidupan bangsa kita. Strategi yang kita tempuh untuk menjadi negara maju, developed country, adalah dengan memadukan pendekatan sumberdaya alam, iptek dan budaya, atau knowledge-based, resource-based and culture-based development.

Kalau visi ini kelak tercapai, bangsa kita akan mengalami transformasi yang fundamental, menjadi bangsa yang maju dan jaya di Abad ke-21. Mari kita songsong era itu dengan kepercayaan sebagai sebuah bangsa yang penuh inovasi. Insya Allah, dengan ridho Tuhan Yang Maha Kuasa, serta dengan persatuan, kebersamaan dan kerja keras kita, masa gemilang itu akan datang.

Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Serpong, 20 Januari 2010

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

PBB Puji Habis Prajurit TNI di Kongo

Dua prajurit TNI dalam Kontingen Garuda XX-G menerima penghargaan dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) karena profesionalisme dan kepemimpinannya selama menjalankan misi perdamaian PBB di Kongo.

Penghargaan diberikan langsung Komandan Misi Perdamaian PBB di Kongo (Mission de I'Organisation de republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo/ MONUSCO ) Letnan Jenderal Babacar Gaye di Bunia, Kongo, Rabu.

Perwira Penerangan Konga XX-G/Monuc Kapten Caj Agus Hermansyah, dalam surat elektronik kepada ANTARA di Jakarta, Kamis. mengungkapkan, penghargaan pertama diberikan kepada Letkol Czi Arnold AP Ritiauw (Komandan Konga XX-G) yang diwakili Wakil Komandan Mayor Czi Ubaidillah.

Arnold dinilai memberikan inspirasi dan kepemimpinan yang professional, sedangkan penghargaan kedua diberikan kepada Sersan Mayor Udju Djuhana.

"Ini prestasi yang telah ditunjukan oleh Kontingen Indonesia dalam melaksanakan tugas, sehingga rakyat Kongo menjadi lebih percaya akan kehadiran PBB di negaranya," kata Babacar Gaye.

Ia melanjutkan, Kontingen TNI mampu membangun jalan Dungu-Faradje yang sangat vital bagi pengiriman perbekalan untuk masyarakat Kongo yang kekurangan pangan di daerah pedalaman dan rawan konflik.

Tak hanya itu, Kontingen TNI juga membangun Bandara Dungu dan fasilitas sosial untuk masyarakat, merangkul masyarakat lokal, dan pejabat sipil.

"Sangat mengagumkan, mengingat daerah itu merupakan wilayah rawan serangan milisi dan hebatnya operasi ini belum pernah dilakukan kontingen lain bahkan oleh PBB, kecuali prajurit TNI," kata Gaye.(*)