19 Desember 2010

Angklung Pukau Masyarakat Perancis

Pertunjukkan musik angklung yang ditampilkan Daeng Udjo memukau masyarakat Perancis yang digelar di auditorium Noureev kota Sainte Genevieve des Bois, Perancis.
Setelah mengikuti angklung interaktif Daeng Udjo yang mengajarkan lagu `La Vie en Rose` dan `All My Loving` masyarakat Perancis pun piawai memain alat musik tradisional dari Jawa Barat tersebut, ujar Fungsi Pensosbud KBRI Paris, Gita Loka Murti dalam keterangannya kepada Antara London, Sabtu.

Dikatakannya usai mempersembahkan angklung interaktif, grup Daeng Udjo menghibur penonton dengan lagu-lagu bertema Natal dan lagu-lagu popular seperti Bohemian Rhapsody, Volare, dan Can`t Take My Eyes of You.

Pertunjukan di kota St. Genevieve des Bois dibuka wakil dari Conseil Municipale (Dewan Kota) M. Lebnnyo dan Dubes RI untuk Badan PBB Urusan Pendidikan dan Kebudayaan UNESCO, Tresna Dermawan Kunaefi.

Pada pidato sambutannya, M. Lebnnyo menyatakan kegembiraannya atas kehadiran tim kesenian dari Indonesia ke kota tersebut untuk pertama kalinya.
Lebnnyo mengharapkan di masa datang semakin banyak tim kesenian berpartisipasi pada berbagai even yang diselenggarakan oleh pemerintah kota.
Sedangkan Dubes RI untuk UNESCO pada sambutannya memperkenalkan budaya Indonesia secara umum serta kekhasan alat musik angklung yang ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dunia.

Para penonton mendapat brosur mengenai angklung untuk menambah pengetahuan mereka akan alat musik tersebut.

Pertunjukan yang diadakan sebulan setelah ditetapkannya angklung sebagai warisan budaya tak benda dunia oleh UNESCO tersebut mendapat sambutan yang sangat baik dari masyarakat kota St Genevieve des Bois, ujar Gita Loka Murti.
Masyarakat yang pada umumnya awam terhadap alat musik tradisional Indonesia tersebut diberi kesempatan memainkan angklung oleh Daeng Udjo yang bertidak selaku konduktor orkestra angklung.

Penonton dibuat terpukau dengan ketangkasan para pemain angklung yang dapat memainkan beberapa buah angklung secara sekaligus dengan tempo yang sangat cepat.

Gedung UNESCO

Tim angklung Daeng Udjo juga tampil di gedung UNESCO di Paris pada kesempatan acara perpisahan Dubes RI UNESCO yang mengakhiri masa tugasnya pada akhir bulan Desember tahun ini.

Para penonton sebagian besar terdiri dari delegasi permanen Negara-negara anggota UNESCO kagum dengan kemampuan musisi membawakan lagu modern dan populer dengan alat musik tradisional, terlebih mereka mendapat kesempatan memainkan alat musik tersebut.
Sambil menikmati cocktail hidangan kue-kue tradisional khas Indonesia, penonton diajarkan memainkan alat musik angklung sekaligus mengenali nama-nama dan letak pulau-pulau besar di Indonesia di layar besar yang digelar di depan panggung.

Daeng Udjo menyatakan bahwa niatnya memberi nama di angklung-angklungnya sesuai dengan nama-nama pulau besar di Indonesia agar publik yang diajarkan memainkan angklung dapat mengenal Indonesia dan mengetahui lokasi dan letak seluruh pulau selain Bali.

"Pada kenyataannya banyak masyarakat di luar negeri yang tidak tahu di mana Indonesia, mereka hanya tahu Bali, dan itu adalah fakta," tuturnya.
Untuk itu Daeng Udjo berupaya mendorong rasa keingintahuan para penonton yang lebih dalam terhadap Indonesia, khususnya budaya Indonesia.

Hal tersebut dibuktikan Daeng Udjo dalam setiap pertunjukannya di Perancis, menghimbau penonton untuk datang ke Indonesia apabila ingin memainkan dan belajar angklung lagi.

Wakil Gubernur Jawa Barat, Dede Yusuf menyampaikan apresiasinya terhadap upaya yang dilakukan Kantor Perwakilan RI (KWRI) UNESCO untuk memasukkan angklung sebagai warisan budaya tak benda dunia menyusul pendahulunya keris, wayang dan batik Indonesia.

Diharapkannya dengan dimasukkan angklung ke dalam daftar tersebut, pengembangan dan pelestarian angklung sebagai alat musik tradisional Indonesia semakin terjamin serta masyarakat internasional dapat mengenal warisan budaya bangsa tersebut.
Pada kesempatan ini, Wagub Jabar yang bertindak sebagai ketua rombongan misi kesenian dari Jawa Barat tersebut menyampaikan cendramata berupa replika satu set angklung kepada UNESCO yang diwakili Deputi Direktur Jenderal UNESCO, Mr. Engida dan baju batik kepada Dubes RI UNESCO.

Acara malam tersebut diakhiri dengan poco-poco yang melibatkan seluruh hadirin dengan diiringi oleh alunan musik angklung dengan lagu `keong racun`.
UNESCO sendiri mengukuhkan angklung dalam daftar representatif budaya tak benda warisan manusia pada tanggal 16 November lalu pada sidang ke-5 intergovernmental committee on intangible cultural heritage (IGC- ICH) di Nairobi, Kenya, demikian Gita Loka Murti.